Puji dan
syukur seraya dilimpahkan kehadirat-Nya yakni Allah SWT. Adapun tugas ini
disusun guna memenuhi tugas ASKEB IV (patologi kebidanan) di AKBID PELAMONIA
KESDAM VII / WIRABUANA.
Dalam
pembuatan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan yang dihadapi. Namun
akhirnya semua kesulitan tersebut dapat diatasi. Mengingat hal itu, penulis
menyadari dan meyakini bahwa dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak
lepas dari kesulitan dan kekurangan yang dihadapi.
Untuk itu
semua saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan tangan
terbuka. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Gowa, 6 Juni 2013
Penulis
Gowa, 6 Juni 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Patologi adalah salah satu dasar ilmu
kedokteran dan memiliki peranan yang sangat fundamental. Seringkali diagnosis
pasti suatu penyakit ditegakkan dengan patologi (histopatologi). Sedangkan
pengertian patologi dalam arti yang luas adalah bagian dari ilmu kedokteran
yang mengamati sebaab dan akibat dari terjadinya penyakit atau kelainan pada
tubuh.
2.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB IV Patologi dan untuk
mengetahui tentang kalsifikasi patologik agar bidan dapat menggetahui suatu
penyakit dan dapat memenuhi perawatan yang baik terhadap pasiennya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Infeksi yang
menyertai kehamilan dan persalinan yang disebabkan oleh virus
1.
CMV ( cytomegalo virus)
Definisi
Infeksi Virus
Sitomegalo (Citomegalo
Virus atau CMV) adalah infeksi yang
tejadi pada bayi dari ibu penderita CMV selama masa kehamilan. Dari semua
herpesvirus yang menyerang manusia, sitomegalovirus (CMV) merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas paling besar dan paling penting.
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes dan
bagian dari TORCH. CMV adalah Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus
dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak.
Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian
besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat
sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama
kehamilan.
Penyebab
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya,
virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai
risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning,
ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Cara Penularan
Penularan atau tranmisi CMV ini berlangsung secara horisontal, vertikal,
dan hubungan seksual. Transmisi horisontal terjadi melalui droplet infection
dan kontak dengan air ludah dan air seni. seperti berciuman, kontak
seksual, percikan air liur, kencing yang tersentuh tangan, mata atau bagian
dalam hidung atau mulut. Sementara itu,
transmisi vertikal penularan proses infeksi maternal ke janin, sepertiga ibu
hamil yang terinfeksi CMV sebelum dan selama kehamilan dapat menularkan CMV
kepada bayi yang dikandungnya melalui plasenta. infeksi CMV timbul akibat
pemaparan terhadap sekresi seviks yang telah terinfeksi melalui air susu ibu
dan tindakan transfusi darah dan transplantasi organ.
Penatalaksanaan
Infeksi sitomegalovirus yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan,
dan akan sembuh dengan sendirinya. Jika infeksi mengancam kehidupan atau
penglihatan penderita, bisa diberikan obat anti-virus gansiklovir atau
foskarnet. Meskipun obat-obat ini memiliki efek samping yang serius dan tidak
menyembuhkan infeksi, tetapi pengobatan yang diberikan sering memperlambat
perkembangan penyakit.
Tidak ada terapi
yang memuaskan dapat diterapkan, khususnya pada pengobatan infeksi kongenital.
Dengan demikian, dalam konseling infeksi primer yang terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu setelah memperhatikan hasil diagnosis pranatal
kemungkinan dapat dipertimbangkan terminasi kehamilan. Terapi diberikan guna
mengobati infeksi CMV yang serius seperti retinitis, esofaginitis pada
penderita dengan Acquired immunodeficiency Syndrome (AIDS) serta tindakan
profilaksis untuk mencegah infeksi CMV setelah transplantasi organ. Obat yang
digunakan untuk anti CMV untuk saat ini adalah Ganciclovir, foscarnet,
Cidofivir dan Valaciclovir, tetapi sampai saat ini belum dilakukan evaluasi di
samping obat tersebut dapat menimbulkan intoksikasi serta resistensi akibat
infeksi kongenital. Sampai
saat ini vaksin untuk mencegah infeksi CMV masih dalam tahap penelitian dan
pengembangan. Menjaga kebersihan bagi ibu hamil masih merupakan cara terbaik
untuk melindungi bayi dalam kandungan terhadap infeksi CMV.
2. 2. Rubella
Definisi
Rubella, juga dikenal sebagai campak Jerman atau campak
tiga hari, adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus rubella. Nama "rubella" berasal dari bahasa
Latin, yang berarti sedikit merah. Rubella juga dikenal sebagai campak Jerman
karena penyakit ini pertama kali dijelaskan oleh dokter Jerman pada pertengahan
abad kedelapan belas. Penyakit ini sering ringan dan serangan sering berlalu
tanpa diketahui. Virus biasanya
menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Penyakit ini bisa
bertahan satu sampai tiga hari. Anak-anak sembuh lebih cepat daripada orang
dewasa. Infeksi ibu oleh virus Rubella selama kehamilan bisa serius, jika ibu
terinfeksi dalam 20 minggu pertama kehamilan, anak dapat lahir dengan sindrom
rubella bawaan (CRS), yang mencakup berbagai penyakit tak tersembuhkan yang
serius. Virus ini menular lewat udara. Rubela
juga biasanya ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk
melakukan tes Rubela sebelum hamil. Bayi
yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, sebuah
togavirus yang menyelimuti dan memiliki genom RNA beruntai tunggal. Virus ini
menyebar saat seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk, atau bisa juga
menyebar dengan kontak langsung dengan cairan pernapasan seseorang yang terinfeksi
rubella, misalnya lendir. Seseorang yang terkena rubella menular dari 10 hari
sebelum terjadinya ruam sampai satu atau dua minggu setelah ruam menghilang.
Rubella biasanya jarang terjadi pada masyarakat yang sebagian sudah mendapatkan
vaksin MMR saat bayi. Biasanya jika terjadi kasus rubella, umumnya menimpa pada
orang dewasa yang belum pernah mendapat vaksin MMR.
Gambaran Klinis
Biasanya menyebabkan penyakit ringan
dan sebagian besar bersifat asimtomatis. Jarang menimbulkan kematian. Gejala
klinisnya adalah sebagai berikut :
·
Ruam makopapular (95%), ruam bermula dari muka
dan menyebar secara sentripethal ke dada dan perut dan dalam satu atau dua hari
menyebar ke ekstremitas. Lesi diawali dengan ruam mukopapular merah muda
kemudian menyatu dan akhirnya menghilang dengan cepat.
·
Limfadenopati
·
Demam ringan
·
Konjungtivitis
·
Radang tenggorokan
·
Arthalgia
·
Batuk pilek
-
Transmisi infeksi
paling sering terjadi pada kehamilan trimester pertama.
-
Kelainan rubella
congenital yang dilaporkan, 80% kasus terjadi pada ibu yang terpapar saat usia
kehamilan 12 minggu pertama, 54% pada minggu ke-13 dan ke-14, 25% pada akhir
trimester ke-2 dan 5-6 % pada trimester ke-3.
- Mekanisme teratogenesis virus rubella masih
belum diketahui dengan jelas. Diduga sel yang terinfeksi rubella akan
mengeluarkan substansi yang menghambat pertumbuhan dan replikasi sel sehingga
akan terlihat bayi tumbuh dengan lambat.
- Faktor yang menentukan akibat infeksi
virus rubella pada janin belum diketahui dengan pasti, tapi diduga berhubungan
dengan :
· Waktu kehamilan saat terjadi infeksi
maternal
· Jumlah virus yang menginfeksi janin
· Perbedaan virulensi strain
·
Kerentanan individu yang dipengaruhi etnis
atau genetic.
-
Komplikasi akibat virus rubella antara lain :
· Abortus spontan
·
Bayi lahir mati
·
Kelahiran premature
·
Abnormalitas janin
·
Sindrom rubella congenital, dengan angka
mortalitas 5-35%, 80% anak dengan rubella congenital menunjukkan adanya
gangguan system saraf, penonjolan fontanella anterior, letargi iritabilitas dan
abnormalitas tonus motorik. Anak dengan sindroma rubella congenital yang
mencapai IQ diatas 90 hanya 39%, 37% mengalami retardasi mental, 7% autis, 3%
mengalami gangguan kepribadian. Tuli sensorik dan gangguan penglihatan serta
terjadinya DM pada usia muda adalah diduga sebagai gejala sisa dari sindrom
ini.
Pengobatan Dan Pencegahan
- Pemberian vaksin rubella sebelum kehamilan dan menunggu minimal 28 hari untuk hamil setelah divaksinasi
- Pada wanita hamil yang terpapar sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi
- Konseling tentang bahaya virus rubella pada bayi yaitu bias terjadi sindrom rubella congenital
- Bisa mempertimbangkan abortus terapeutik/medicinalis
- Pemberian immunoglobulin pada ibu hamil yang terpapar rubella tetapi menolak dilakukan abortus terapeutik.
- Pengobatan simtomatik karena biasanya tidak memerlukan terapi yang spesifik
- Observasi terus menerus pada bayi yang dilahirkan
3. Herpes
Definisi
Herpes atau
kadang disebut dengan penyakit cacar merupakan penyakit radang kulit yang
ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok.
Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Simplex dan Herpes
Zoster. Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus.
Penyebab
Kedua herpes ini
berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella
zoster. Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang
merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang
adalah sama. Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air, herpes zoster memiliki
ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di
badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada. Proses penularan herpes zoster
ini bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas
gelembung/lepuh yang pecah.
Gambaran
Klinis
Gejala prodromal
herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang
terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala
konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita
(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Penatalaksanaan
1.Pasien diistirahatkan.
2.
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik.
Untuk nyerinya diberi analgetik, dapat pula ditambahkan neurotropik : vit B1,
B6, B12.
3.
Penting segera mengeringkan vesikel. Usahakan
supaya vesikel tidak pecah untuk menghindari infeksi sekunder, yaitu dengan
bedak salisil 2%. Jika terjadi infeksi sekunder, dapat diberi antibiotik lokal,
misal salep kloramfenikol 2%.
4.
Terapi triamsinolon atau prednison per oral
pada pasien tua bisa menurunkan kemungkinan neuralgia pasca herpetik. Pemberian
secara oral prednison 30 mg/hari atau triamsinolon 48 mg/hari akan memperpendek
masa neuralgia pasca herpetik, terutama pada orang tua dan seyogianya sudah
diberikan sejak awal timbulnya erupsi. Indikasi lain pemberian kortikosteroid
ialah untuk Sindrom Ramsay-Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah
terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison dosis 3 x 20
mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.
5.Indikasi pemberian asiklovir pada
herpes zoster :
· Pasien ≥ 60 tahun
dengan lesi muncul dalam 72 jam
· Pasien ≤ 60 tahun
dengan lesi luas, akut dan dalam 72 jam
· Pasien dengan
lesi oftalmikus, segala umur, lesi muncul dalam 72 jam
· Pasien dengan
lesi aktif menyerang daerah leher, alat gerak dan perineum (lumbal-sakral)
Antivirus juga
diindikasikan untuk pasien dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya,
juga pada kasus yang berat. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800
mg/hari selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg/hari karena konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi. Antivirus paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi
muncul merupakan rejimen yang dianjurkan. Jika lesi baru masih tetap timbul,
obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi
baru tidak timbul lagi.
4.
Varicella
Definisi
Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan
sebutan Cacar Air. Varicella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan
sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit ini harus dibedakan
dengan penyakit Cacar (Variola) yang memiliki angka kematian cukup tinggi.
Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit
atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada anak-anak yang
sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya.
Penyebab
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster
Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 –
200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari
protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai
panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun
dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan
varicella dan herpes zoster.
Kontak pertama dengan virus ini akan
menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer,
sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian
terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
Gambaran Klinis
Varicella yang terjadi pada masa
kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya varicella intrauterine ataupun
varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama
kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti ke dua lengan dan
tungkai mengalami atropi, kelainan neurologic maupun ocular dan mental
retardation. Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat
varicella(varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah
melahirkan. bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang didapat
dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat perlindungan
antibody disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya antibody pada tubuh
si ibu yang disebut tranplasental antibodi. Sebelumpenggunaan varicella zoster
immunoglobin (VZIG), angka kematian varicella neonatal sekitar 30%, hal ini
desebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi
jika si ibu mendapat varicella dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum
melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang cukup untuk membentuk dan
mengedarkan antibody yang terbentuk (transplasental antibody) sehingga neonates
jarang mendnerita varicella yang berat.
Penatalaksanaan
·
Pengobatan yang diberikan hanya bersifat
simtomatis : parasetamol bila demam sangat tinggi. Jangan memberikan asetosal
pada anak, karena dapat menimbulkan sindrom reye.
·
Pasien dianjurkan mandi dengan air dan sabun.
Kalium permanganat dan antiseptik lain tidak dianjurkan.
·
Kemudian beri bedak salisil 1%. Usahakan agar
vesikel tidak pecah dan mengalami infeksi sekunder.
·
Bila ada infeksi sekunder : suntikkan
penisilin prokain 50.000 IU/kgBB/hari selama 3 hari atau beri amoksisilin 25 –
50 mg/kgBB/hari peroral.
·
Penderita diperiksa ulang setelah seminggu.
·
Bila perlu pemberian asiklovir 200 – 400 mg 5
x sehari pada awal penyakit selama 7 hari.
5. Toxoplasmosis
Definisi
Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi
yang bisa mengancam pertumbuhan janin dan bisa menyebabkan keguguran.
Semua
orang bisa terkena infeksi toxoplasma. Yang menjadi sumber infeksi toxoplasma
adalah:
·
Tinja / kotoran kucing
·
Hewan potong yang terinfeksi
·
Ibu yang terinfeksi saat hamil
·
Organ / donor yang terinfeksi
Seseorang dapat terinfeksi toxoplasma
jika :
·
Makan sayuran / buah yang terkontaminasi tinja
kucing yang terinfeksi
·
Makan daging mentah / kurang matang
·
Penularan dari ibu ke janin
·
Transplantasi organ
·
Tranfusi darah
·
Infeksi toxoplasmosis tidak berbahaya bila
mengenai orang dewasa dan anak-anak yang sistem kekebalanya berfungsi baik,
tapi berbahaya bagi janin apabila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi
primer (infeksi yang pertama kali sepanjang hidupnya) atau seseorang yang
mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah
satu penyebab terjadinya kegagalan kehamilan, dengan berbagai jenis
manifestasi klinis seperti abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir
dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus,
meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental,
kejang-kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
Risiko seorang ibu hamil yang terinfeksi akut
dengan toksoplasma menurunkan infeksi pada bayi bila tidak segera mendapat
pengobatan sangat variatif,. Pada kehamilan trimester pertama risiko penurunan
25 %, trimester kedua 54 % dan 65 % pada trimester ketiga.
Penyebab
Infeksi
toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii yang
berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama
fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk
kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan kotoran kucing
atau memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa terkena
toksoplasma karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang (dimana
daging tersebut terinfeksi dengan parasit toksoplasma). Meskipun kucing adalah
tempat hidup utama parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada anjing, unggas
dan hewan ternak seperti babi, sapi atau kambing.
Janin bisa
terinfeksi toksoplasma melalui saluran plasenta jika si ibu terserang
toksoplasmosis ketika sedang mengandung. Infeksi parasut ini bisa menyebabkan
keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.
Gejala Klinis
Infeksi toxoplasmosis pada anda yang berbadan
sehat sangat jarang menimbulkan gejala klinis. Demikian pula halnya apabila
infeksi toxoplasmosis terjadi pada wanita hamil. Wanita hamil yang terinfeksi
toxoplasmosis tidak menunjukkan gejala apapun hingga bayinya lahir dan
diketahui terinfeksi toxoplasmosis dari sang ibu. Toxoplasmosis pada wanita
hamil dapat mengakibatkan terjadinya infeksi kongenital pada janin, keguguran,
ataupun bayi lahir mati. Pada bayi yang lahir dan terinfeksi toxoplasmosis, 10-30%
diantaranya akan mengalami gangguan pendengaran serta 20-75% mengalami
keterlambatan dalam perkembangan. Semakin besar usia kehamilan pada saat
terinfeksi toxoplasma, maka semakin besar pula resiko terjadinya infeksi
kongenital toxoplasmosis.
Penatalaksanaan dan pencegahan
1)
Ibu
Prognosa pada
infeksi yang akut baik, kecuali pada keadaan imonosekresi yang amat besar.
Wanta hamil dengan infeksi akut dapat dirawat dengan kombinasi pyrimethamine,
asam folimik dan sulfonamide. Dosis standar pyrimethamine adalah 25
mg/hari/oral dan 1 gr sulfadiazine peroral 4 X/hari selam 1 tahun.
Pyrimethamine adalah musuh dari asam folik dan oleh karena itu
mungkinmemberikan efek teratogenik jika diberikan pada trimester I. Asam
folimik diberikan dengan dosis 6 mg secara IM atau per oral setiap pada hari
yang berbeda untuk mengetahui apakah benar habisnya asam folat disebsbkan oleh
Pyrimethamine.
Spiramycin adalah
ejen lainyang digunakan pada pengobatan toxoplasma akut dan dapat diperoleh
pada pusat pengontrolan penyakit di USA, ini biasa digunakan di Eropa dan
karenanya tidak ada pengawasan yang baik terhadap kemanjuran obat ini
2)
Janin
Adanya gejala
infeksi pada bayi lahir harus ditangani dengan pemberian pyrimethamine dengan
dosis 1 mg/kg/hr/oral selam 34 hari, dilanjutkan dosis 0,5 mg/kg/hr selam 21-30
hari dan sulfadiazine dengan dosis 20 mg/kg per oral selam 1 tahun. Pada saat
menginjak remaja diberikan asam folimik 2-6 mg secara IM atau oral 3 X seminggu
walaupun pada saat bayi dia mendapatkan pyrimethamine. Infeksi congenital pada
bayi baru lahir bukan merupakan infeksius, oleh karena itu tidak perlu
diisolasi. Bayi baru lahir yang tiak menunjukan infeksi dan positif antibody
IgG toxoplasma spesifiknya mungkin didapatkan dari ibunya secara transplasetal.
Pada bayi yang Tidak ditemukannya temuan yang lain yang mencurigakan terjadinya
infeksi congenital., harus dipantau, apabila tidak terinfeksi harus menunjukan
adanya penurunan titer antibody IgG terhadap toxoplasma.
6.
Hepatitis
Definisi
Hepatitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan
menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis
adalah peradangan hati karena berbagai sebab seperti virus sampai dengan
obat-obatan, termasuk obat tradisional. Hepatitis atau radang hati, satu jenis
penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit – panyakit lain
yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus dan ditandai
oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi kekuningan.
Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen bilirubin, yang
bersal dari cairan empedu. Warna air kencing penderita pun menjadi kuning atau
bahkan kecoklatan seperti air teh. Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan,
diantaranya hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. di Indonesia penderita penyakit
hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami banyak golongan hepatitis B
dan hepatitis C. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “
hepatitis akut” ,hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “
hepatitis kronik “.
Penyebab
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada
prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
a. Infeksi virus; hepatitis
A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
Hepatitis E, Hepatitis F, hepatitis G.
Hepatitis E, Hepatitis F, hepatitis G.
b. Non virus; Komplikasi dari
penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia, Penyakit autoimun.
·
Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui vecal oral.
Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan
makanan.
·
Virus hepatitis B
Penularannya
tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk
darah. Penularan biasanya terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan
jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual
maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh
hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan.
Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di
daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi
hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
· Virus hepatitis C
Menyebabkan
minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui
pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan
melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita
"penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
·
Virus hepatitis D
Hanya terjadi
sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis
D
ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko
tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
·
Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang
menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
Tahap tahap penyakit
hepatitis virus.
a.
Tahap awal (belum tampak kuning).
Pada tahap awal keluhan penderita
sering tak khas, dapat berupa demam, sakit kepala, rasa lesu, lemah, cepat
lelah, tak nafsu makan, mual, muntah, diare atau sembelit. Kadang kadang terasa
nyeri di perut bagian kanan atas.
b. Tahap kuning.
Pada tahap ini kulit dan mata penderita mulai tampak kuning diikuti warna air seni yang kuning gelap. Biasanya kalau sudah tampak kuning, beberapa keluhan mulai berkurang atau menghilang. Warna kuning bertambah dalam waktu 5 – 10 hari. Bila kuningnya hebat maka akan timbul rasa gatal. Selain itu hati dan limpa juga membengkak dan terasa nyeri. Keluhan penderita hepatitis C umumnya lebih ringan dan penderita sering tidak tampak kuning.
c. Tahap penyembuhan.
Pada tahap ini mual dan muntah mulai
menghilang dan nafsu makan timbul kembali. Rasa lemah dan lelah bisa menentap
untuk beberapa hari. Warna kuning di mata secara berangsur mulai menghilang
(bisa sampai 2 minggu).
Gejala Klinis
a.
Pengaruh hepatitis
virus pada kehamilan
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I
atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala
hepatitis virus pada wanita tidak hamil.
Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip
lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III,
namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester
III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya
menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis
sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi,
dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya
defisiensi faktor lipo tropic disertai kebutuhan janin yang meningkat akan
nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis
Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkan beratnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.
b.
Pengaruh
hepatitis pada janin
Hepatitis virus pada kehamilan dapat
ditularkan kepada janin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan
virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
a.
Melewati placenta
b. Kontaminasi
dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak
langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati
Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secara hematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilan trimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus pada waktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Pengobatan
dan Pencegahan
Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada
kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring
di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi
normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein
dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison
baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang
aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum,
karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti
sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan trans aminase serum dan
pemeriksaan hepatitis virus anti gen secara periodik. Janin baru lahir tidak
perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
B.
Penyakit dan
Infeksi yang disebabkan penyakit menular seksual (PMS)
1.
Gonore / Syipilis
a.
Gonore
Definisi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh
yang lain.
Penyebab
Gonore
disebabkan oleh gonokok yang dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria, sebagai
Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi
dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga
bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama
di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39
derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi
adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang
(imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Gambaran klinik
1.
Masa tunas sulit untuk ditemukan karena pada umumnya asimtomatik, gejala awal
bisa timbul pada waktu 7-21 hari
setelah terinfeksi
2.
Pada wanita, penyakit akut atau kronik jarang ditemukan gejala subjektif dan
objektifnya.
3. Infeksi pada
wanita, pada mulanya henya mengenai serviks uteri
4.
Keluhan: kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah, demam,
keluarnya cairan dari vagina, nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih.
5.
Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen, duh
tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servitis akut.
Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan
kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan
sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil
alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya
diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga
dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr
oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang
sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan
jika disertai infeksi C. trachomatis.
Pencegahan
a. Tidak
melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi
b. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi
tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini
c. Hindari hubungan seksual
sampai pengobatan antibiotik selesai.
d. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk
diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
e. Pengendalian penyakit menular seksual ini
adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya
pencegahan.
b.
Sifilis
Definisi
Sifilis
kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang
menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi
pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi
tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans
yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi
ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada
janin berusia 9-10 minggu.Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang
muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun
pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Penyebab
Pada tahun 1905
penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema
pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. 3 Bentuk seperti
spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari
delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang
aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan
melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada
umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat
mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat
hidup tujuh puluh dua jam. Dengan strategi
hampir selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau seks oral,
makhluk kecil ini masuk melalui kulit, dari sana ia menyebar dengan ganas.
Biasanya berhasil masuk kedalam aliran
darah dan dalam 1 minggu mereka sudah menyebar keseluruh tubuh.
Gambaran Klinis
Penularan
biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak
langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke
anak dalam uterus).
Berdasarkan
gambaran klinisnya, sifilis kongenital dapat dibagi menjadi sifilis kongenital
dini, sifilis kongenital lanjut dan stigmata. Dianggap sifilis kongenital dini
jika timbul pada anak di bawah usia 2 tahun dan sifilis kongenital lanjut bila
timbul di atas 2 tahun. Sigmata adalah jaringan parut atau deformitas yang
terjadi akibat penyembuhan dua stadium tersebut.
Penatalaksanaan
Pengobatan
sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan
pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan
sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil,
tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Penggunaan sefriakson
pada wanita hamil belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada
kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1) Sifilis dini
(primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest
600.000 unit IM selama 10 hari.
2) Sifilis lanjut
(lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama
infgeksi, sifilis
kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau
dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin penisilin
6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4
MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long
acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali
seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM +
prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin penisilin
G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa
kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut CDC
tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :
a) Menderita
sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium
dan/radiologik,
b) Mempunyai
titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c) Dilahirkan
oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak
diketahui, tidak
adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
d) Dilahirkan
oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis
e) Titer
pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
f) Hasil tes
treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau
g) Mempunyai
antibodi spesifik IgM antitreponema.
Selain itu, juga
dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
sifilis dan diobati selama kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak
bisa diamati. Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan
alasan menunggu diagnosis pasti secara klinis atau serologik. Dengan pengobatan
dengan Aqueous penisilin bergantung 1 minggu >usia bayi. Pada
usia ≤ 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia
– ≤ 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan setelah usia 4 minggu diberikan
tipa 6 jam.2
2.
Infeksi
karena virus HIV / AIDS
Definisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi
virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Penyebab
Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam
kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan
tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual,
kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
Gejala Klinis
Berbagai
gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,
virus,
fungi
dan parasit,
yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak
HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada
penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma
Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan
yang disebut limfoma.
Biasanya
penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat
(terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah,
serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di
wilayah geografis tempat hidup pasien.
Pengobatan alternatif
Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
Saat hamil. Penggunaan
antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga
jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.
Saat
melahirkan. Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan bayi
baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar
karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
Setelah lahir . Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI
Setelah lahir . Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI
C.
Penyakit
Infeksi karena kuman
2.
Infeksi pada
saluran pernapasan : TBC
Definisi
Tuberkulosis
adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal, yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau
Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan
sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat menyebabkan
cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis
terbuka.
Penyebab : Mycobacterium
tuberculosis.
Gambaran Klinis
· Pada awalnya
penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih
· Jumlah dahak
biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada
akhirnya dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.
· Masa inkubasi
berkisar antara 4 – 12 minggu.
· Salah satu gejala
yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari tanpa
aktivitas.
· Keluhan dapat
berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada, batuk darah,
sesak nafas.
· Sesak nafas
merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan (efusi pleura) di
dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi
pleura.
· Pada infeksi
tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam kelenjar
getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami
bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri
menjadi dorman.
· Pada anak-anak,
kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial dan menyebabkan
batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik
ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di
leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan
menghasilkan nanah.
Penatalaksanaan
Pencegahan :
Terdapat beberapa
cara untuk mencegah tuberkulosis :
· Sinar ultraviolet
pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang terdapat di dalam udara.
· Isoniazid sangat
efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko tinggi tuberkulosis,
misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin positif, tetapi hasil
rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap hari selama
6 – 9 bulan.
· Di negara-negara
berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi oleh M. tuberculosis.
Pengobatan :
"DOTS"
Pengobatan TB
paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk memperoleh hasil terapi yang
baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan timbulnya resistensi.
· Antibiotik yang
paling sering digunakan adalah : isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamid dapat
digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang harus ditelan
oleh penderita.
· Pemberian
etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk membantu mengurangi
jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya dikurangi untuk
menghindari efek samping yang berbahaya terhadap mata.
· Streptomisin
merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis, tetapi harus
diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi atau
pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin bisa menyebabkan
gangguan pendengaran dan keseimbangan.
· Panduan obat
untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M Puskesmas adalah sebagai
berikut :
· Panduan obat
jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan pirazinamida untuk
jangka pengobatan 12 bulan. Cara pemberian :
1.
tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja
selama 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg,
Vit. B6 10 mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali
pengobatan).
2.
tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2
kali seminggu selama 48 minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75
mg, INH 700 mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
· Panduan obat
jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan Vit. B6 untuk jangka
pengobatan 6 – 9 bulan. Cara pemberian :
1.
Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau
dengan pemeriksaan darah dan radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan
fungsi hati, mengingat efek rifampisin dan INH terhadap hati.
2.
Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan
pengobatan intensif selama 6 bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan
berselang dengan dosis besar hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada
ketidakpatuhan penderita, atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi,
dengan cara itu kemungkinan toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati
masih perlu diteliti lebih lanjut.
3.
Panduan terapi untuk dewasa : Rifampisin
450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan etambutol 25 mg/kg BB,
semua ini diberikan selama 2 bulan, 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600
mg dan INH 300 mg.
4.
Panduan untuk anak :
· Rifampisin 10
mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15 mg/kgBB/ hari selama 2
bulan pertama
· Dilanjutkan
dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama 4 bulan berikutnya.
· tahap intensif :
pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa:
rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
· tahap berselang :
pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22 minggu (44 kali pengobatan)
berupa: rifampisin 600 mg, INH 700 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
· Wanita yang dalam
pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak menggunakan pil atau suntikan KB
karena keampuhan pil dan suntikan KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi
kehamilan. § Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan
warna merah pada air liur, air mata, dan air seni.
· Pengobatan jangka
pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan wanita yang sedang
menyusui.
· Khusus pengobatan
TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang baik dengan orang tua pasien
karena angka drop out cukup tinggi.
3.
Penyakit Infeksi
pada saluran perkemihan saluran kencing dan ginjal
Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi
pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran.
Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin
tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah
infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang
dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa:
anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak
menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
Penyebab
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak
baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan
lain. serta berhubungan dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga
kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sitem
ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang
sekali masuk ke dalam tubuh selain gaya hidup yg kurang sehat terlalu banyak
mengkonsumsi vitamin c dosis tinggi, dan mengkonsumsi kopi manis, dan susu
sebagi pemicu terjadinya ISK karena urine yg melewati saluran kemih mengandung
asam urat sehingga hal ini dapat memicu terjadinya batu ginjal pada saluran
kemih yg dapat menyebabkan peradangan pada saluran kantung kemih.
Penatalaksanaan
Pada ISK yang tidak memberikan gejala
klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus
segera dapat diberikan antibiotika. Antibiotika yang diberikan
berdasarkan atas kultur kuman dan tes kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat
antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin.
Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek
sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih. Bermacam cara
pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
·
pengobatan dosis tunggal
·
pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
·
pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
·
pengobatan profilaksis dosis rendah
·
pengobatan supresif
·
Antibiotik yang sering dipergunakan untuk terapi ISK, yaitu:
·
1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri
penyebab ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat
diberikan pada ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
·
2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi
4, sedangkan untuk bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan
sehari dalam dosis terbagi 4.
·
3. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari
dalam 2 dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole.
Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan
cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
·
4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam
dosis tunggal atau dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih
bagian bawah (sistitis) sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan
cotrimoxazole, namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat
mengganggu bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida
sp.)
pada anak perempuan.
D.
Penyakit Pada
Sistem cardiovascular / Penyakit Menahun
1. Penyakit Jantung
Definisi
Serangan jantung (bahasa
Inggris: Myocardial infarction, acute myocardial infarction, MI,
AMI) adalah terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, yang menuju ke
jantung,
dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati.
Penyakit jantung,
stroke,
dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh
dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit
ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak
dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
·
Memasuki usia 45
tahun bagi pria.
Sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari
kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya
penyakit jantung.
·
Bagi wanita,
memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat
operasi).
Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko
penyakit jantung setelah mengalami menopause.
·
Riwayat penyakit
jantung dalam keluarga.
Riwayat serangan jantung di dalam keluarga
sering merupakan akibat dari profil kolesterol
yang tidak normal.
·
Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes
meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah,
namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
·
Merokok.
Resiko penyakit jantung dari merokok setara
dengan 100 pon kelebihan berat badan - jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
·
Tekanan darah
tinggi (hipertensi).
·
Kegemukan
(obesitas).
Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk
dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit
jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
·
Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu
akar penyebab penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik
merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil.
·
Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan
bahwa, bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias
jantung yang membahayakan jiwa.
Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan adalah :
·
Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
·
Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium
dengan preparat farmakologi.
·
Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat
Terapi
Farmakologis :
-
Glikosida jantung
Digitalis,
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung.
Efek yang
dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
- Terapi diuretic, diberikan untuk memacu
ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek
samping hiponatremia dan hipokalemia.
- Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif
digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema.
Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema.
2. Penyakit Asma
Definisi
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara.
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara.
Penyebab
Menurut The Lung Association, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma:
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi) tetapi tidak menyebabkan peradangan, seperti:
− Perubahan cuaca dan suhu udara.
− Rangsang
sesuatu yang bersifat alergen, misalnya asap rokok, serbuk sari, debu, bulu
binatang, asap, udara dingin dan olahraga, insektisida, debu, polusi udara dan
hewan piaraan.
− Infeksi saluran pernafasan.
− Gangguan emosi.
− Kerja fisik atau Olahraga yang
berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yaitu sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien sebagai respon terhadap benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang, yang menyebabkan terjadinya:
− kontraksi otot polos
− peningkatan pembentukan lender
− perpindahan
sel darah putih tertentu ke bronki yang mengakibatkan peradangan (inflammation)
pada saluran pernafasan dimana hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita
harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Gambaran Klinis
- Sesak napas pada asma khas disertai suara
mengi akibat kesulitan ekspirasi.
- Pada auskultasi terdengar wheezing dan
ekspirasi memanjang.
-
Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot bantu pernapasan dan
sianosis dikenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal.
-
Dispnoe di pagi hari dan sepanjang malam, sesudah latihan fisik (terutama saat
cuaca dingin), berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, berhubungan
dengan paparan terhadap alergen seperti pollen dan bulu binatang.
-
Batuk yang panjang di pagi hari dan larut malam, berhubungan dengan faktor
iritatif, batuknya bisa kering, tapi sering terdapat mukus bening yang
diekskresikan dari saluran nafas.
Penatalaksanaan
-
Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan.
- Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan
adrenalin 1 : 1000 0,2 – 0,3 ml subkutan yang dapat diulangi beberapa kali
dengan interval 10 – 15 menit. Dosis anak 0,01 mg/kgBB yang dapat diulang
dengan memperhatikan tekanan darah, nadi dan fungsi respirasi.
-
Bronkodilator terpilih adalah teofilin 100 – 150 mg 3 x sehari pada orang
dewasa dan 10 – 15 mg / kgBB sehari untuk anak.
- Pilihan lain : Salbutamol 2 – 4 mg 3 x
sehari untuk dewasa
- Efedrin 10 – 15 mg 3 x sehari dapat dipakai
untuk menambah khasiat theofilin.
-
Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan beberapa
hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun pemberiannya tidak boleh
terlambat.
-
Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan intensif
sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :
• Penderita
diinfus glukosa 5% Aminofilin 5 – 6 mg/kgBB disuntikkan i.v perlahan bila penderita belum memperoleh teofilin oral.
• Prednison 10 – 20 mg 2 x sehari
untuk beberapa hari, kemudian diturunkan dosisnya sehingga secepat mungkin dapat
dihentikan.
•
Bila belum dicoba diatasi dengan adrenalin, maka dapat digunakan dulu
adrenalin.
3.
Penyakit DM (
Diabetes Melitus )
Definisi
Diabetes mellitus atau yang juga
sering disebut sebagai penyakit gula dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Keduanya memiliki karakterisitik
yang berbeda yang berkaitan dengan kadar insulin dan kerja dari insulin
tersebut.
Diabetes Mellitus Tipe 1
DM tipe 1 juga disebut sebagai insulin-dependent DM karena penyakit ini disebabkan kurangnya produksi insulin dalam tubuh. Sel beta pankreas yang semestinya mensekresikan insulin tidak bisa menjalankan kerjanya dengan baik. Oleh karena itu, penderita DM tipe 1 ini membutuhkan insulin dari luar supaya dapat bertahan hidup. Selain itu, DM tipe 1 dapat muncul semenjak penderitanya masih kanak-kanak sehingga disebut juga juvenile-onset diabetes mellitus. Tipe 1 terjadi pada 10% kasus diabetes.
Diabetes Mellitus Tipe 2
Berbeda dengan tipe 1, pada DM tipe 2, kadar insulinnya justru normal atau bahkan meningkat sehingga disebut non-insulin-dependent DM. Meskipun kadar insulin normal, sel yang menjadi target dari insulin tersebut kurang sensitif terhadap hormon ini. Sekitar 90% kasus diabetes merupakan jenis ini. Jika onset DM tipe 1 terjadi pada anak-anak, onset DM tipe 2 umumnya terjadi pada orang dewasa.
Hilangnya sensitifitas sel terhadap insulin berkaitan dengan variasi genetika dan faktor gaya hidup. Obesitas, merupakan salah satu faktor resiko terbesar mengingat 90% penderita diabetes melitus tipe 2 merupakan orang yang obesitas.
Beberapa studi menunjukan bahwa respon otot rangka dan hati terhadap insulin dapat dimodulasi oleh adipokin sirkulasi (hormon yang dihasilkan oleh sel adiposa). Misalnya, sel adiposa mensekresikan resistin, yang mempromosikan resistansi insulin dengan mengintervensi kerja insulin tersebut. Pada orang yang obesitas, kadar resistin ini meningkat. Selain mengeluarkan resistin, sel adiposa juga dapat mengeluarkan adiponektin yang berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Namun, pada orang obesitas, adiponektin ini menurun.
Penalataksanaan
Diabetes
Karena disebabkan oleh kurangnya kadar insulin, pengobatan pada penderita DM tipe 1 adalah dengan injeksi insulin secara regular pada sekitar waktu makan, pengaturan jumlah dan tipe makanan serta olahraga. Insulin tidak bisa diberikan per oral (melalui mulut) karena insulin takan dicerna oleh enzim proteolitik di lambung dan usus halus. Pemberian insulin dari luar ini diharapkan bisa membantu mengatasi hiperglikemi yang terjadi karena kadar insulin dalam tubuhnya kurang. Sementara itu, saat olahraga, otot akan mengambil glukosa yang berlebihan dalam darah sehingga kebutuhan akan insulin berkurang.
Pada diabetes tipe 2, yang penting adalah kontrol diet dan pengurangan berat badan. Juga, dapat diberikan beberapa obat yang membantu tubuh penderita untuk menggunakan insulinnya sendiri secara lebih efektif dengan mekanisme sebagai berikut.
1. Sulfonylureas, misalnya Glucotrol:
menstimulasi sel beta untuk mensekresikan lebih banyak insulin).
2. Metformin, misalnya Glucophage: menekan output
glukosa dari hati.
3. Alpha glycosidase inhibitors, misalnya
Precose: mengeblok enzim yang mencerna karbohidrat kompleks, sehingga
menurunkan absorpsi glukosa ke dalam darah dari saluran pencernaan. Dengan
mekanisme ini, lonjakan kadar glukosa setelah makan dapat dihindari.
4. Thiazolidinediones, misalnya Avandia: membuat
sel otot dan sel lemak lebih reseptif terhadap insulin.
5. Incretin mimetics, misalnya Byetta: meniru
incretin. Incretin merupakan hormon yang dilepaskan oleh saluran pencernaan
sebagai respon terhadap makanan untuk mengantisipasi peningkatan gula darah.
Byetta, akan meniru hormon glucagon-like peptide 1 (GLP-1). GLP-1 dilepaskan
dari sel L di usus halus sebagai respon terhadap intake makanan dan memiliki
efek menurunkan kadar glukosa secara multipel. Sebagaimana GLP-1, Byetta akan
menstimulasi sekresi insulin saat kadar glukosa tinggi, tetapi tidak pada saat
kadar glukosa rendah atau normal. Byetta juga menurunkan produksi glukagon yang
meningkatkan glukosa serta menurunkan pengosongan lambung. Dengan memberikan efek
kenyang, intake makanan akan berkurang sehingga dalam jangka panjang, Byetta
dapat berfungsi untuk menurunkan berat badan. Selain itu, Byetta juga
menstimulasi regenerasi sel beta pankreas.
6. Dipeptidyl peptidase-4 atau DDP-4 inhibitor,
misalnya Januvia: meningkatkan kadar GLP-1 endogen. GLP-1 dapat dipecahkan oleh
enzim yang disebut DDP-4. Dengan pemberian obat ini, DDP-4 akan dihambat
sehingga GLP-1 dapat bekerja dengan lebih lama. Pemanjangan masa kerja ini
dapat meningkatkan kerja insulin sampai kadar glukosa kembali normal. Januvia
juga menekan pelepasan glukosa oleh hati dan memperlambat pencernaan.
nb: Semua materi yang saya buat ini merupakan rangkuman dari beberapa sumber
nb: Semua materi yang saya buat ini merupakan rangkuman dari beberapa sumber
2 comments:
ijin share ya..
Siip. Asal jangan dicopas aja yaa kecuali buat tugas kampus ^^ menghargai kerja keras org lain itu ga rugi lho ;)) terima kasih telah berkunjung semoga bermanfaat :D
Post a Comment
Thanks guys for all of your comments. I really appreciate it. I hope my posts useful or entertaining you. The comments that are educating / suggest / critics would be mean a lot for me, but dont say rude, yaa! :)